ul#menu { margin:0; padding:0; list-style-type:none; width:auto; position:relative; display:block; height:30px; font-size:12px; font-weight:bold; background:transparent url(http://i48.tinypic.com/2zgf4mo.jpg) repeat-x top left; font-family:Arial, Helvetica, sans-serif; border-bottom:1px solid #000000; border-top:1px solid #000000; } ul#menu li { display:block; float:left; margin:0; padding:0; } ul#menu li a { display:block; float:left; color:#999999; text-decoration:none; font-weight:bold; padding:8px 20px 0 20px; } ul#menu li a:hover { color:#FFFFFF; height:22px; background:transparent url(http://i48.tinypic.com/2zgf4mo.jpg) 0px -30px no-repeat; } ul#menu li a.current { display:inline; height:22px; background:transparent url(http://i48.tinypic.com/2zgf4mo.jpg) 0px -30px no-repeat; float:left; margin:0; }

Monday 16 August 2010

Menjaga Diri Dan Keluarga dari Api Neraka

Saudara-saudara seiman rahimakumullah.
Marilah kita selalu mengulangi ucapan rasa syukur kepada Allah karena nikmat-nikmat-Nya yang telah tercurahkan kepada kita semua sehingga kesehatan jasmani dan rohani masih menghiasi kita. Semoga rasa syukur yang kita panjatkan ini, menjadi kunci lebih terbukanya pintu-pintu karunia-Nya. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Jika kalian bersyukur, maka akan Kami tambahkan bagimu dan jika kamu mengingkarinya, sesungguhnya siksaanKu itu sangat pedih”. (Ibrahim: 7)
Kami peringatkan juga para jamaah dan diri ini agar senantiasa menjaga ketaqwaan, agar mengakar kuat dan kokoh di lubuk hati yang paling dalam. Sebab itulah modal yang hakiki untuk menyongsong kehidupan abadi, agar hari-hari kita nanti bahagia.

Ikhwani fiddin rahimakumullah.
Seorang muslim seyogyanya menjadikan kampung akhirat sebagai target utama yang harus diraih. Tidak meletakkan dunia dan gemerlapannya di lubuk hatinya, namun hanya berada di genggaman tangannya saja, sebagai batu loncatan untuk mencapai nikmat Jannah yang langgeng. Jadi, jangan sampai kita hanya duduk-duduk santai saja menanti perjalanan waktu, apalagi tertipu oleh ilusi dunia.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
“Ketahuilah, bahwasanya kehidupan dunia hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.(Al-Hadid: 20)

Ibnu Katsir berkata (dengan ringkas): “Allah Subhannahu wa Ta'ala membuat permisalan dunia sebagai keindahan yang fana dan nikmat yang akan sirna. Yaitu seperti tanaman yang tersiram hujan setelah kemarau panjang, sehingga tumbuhlah tanaman-tanaman yang menakjubkan para petani, seperti ketakjuban orang kafir terhadap dunia, namun tidak lama kemudian tanaman-tanaman tersebut menguning, dan akhirnya kering dan hancur”.

Misal ini mengisyaratkan bahwa dunia akan hancur dan akhirat akan menggantikannya, lalu Allah pun memperingatkan tentangnya dan menganjurkan untuk berbuat baik. Di akhirat, hanya ada dua pilihan: tempat yang penuh dengan adzab pedih dan hunian yang sarat ampunan dan keridhaan Allah bagi hamba-Nya. Ayat ini diakhiri dengan penegasan tentang hakikat dunia yang akan menipu orang yang terkesan dan takjub padanya.

Topik utama kita kali ini menekankan pentingnya pendidikan anak yang termasuk salah satu unsur keluarga, agar dia selamat dunia dan akhirat. Anak bagi orang tua merupakan buah perkawinan yang menyenangkan. Dibalik itu, anak adalah amanat yang dibebankan atas orang tua. Tidak boleh disia-siakan dan di sepelekan. Pelaksana amanah harus menjaga dengan baik kondisi titipan agar tidak rusak. Sebab orang tua kelak akan ditanya tentang tanggung jawabnya.
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang tanggungjawabnya”.(Hadits shahih, Riwayat Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi, dari Ibnu Umar)

Anak terlahir dalam keadaan fitrah. Kewajiban orang tua merawatnya agar tidak menyimpang dari jalan yang lurus, dan selamat dari api neraka. Selain itu, anak yang shalih akan menjadi modal investasi bagi kedua orang tuanya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, keras, lagi tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(At-Tahrim: 6)
Ali Radhiallaahu anhu berkata dalam menafsiri ayat ini: “Didik dan ajarilah mereka”. Adh-Dhahak dan Muqatil berujar: “Wajib atas seorang Muslim untuk mendidik keluarganya seperti kerabat, budak perempuan dan budak laki-lakinya tentang perintah dan larangan Allah”.

Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Maka, mulai sekarang hendaknya para orang tua sadar terhadap kewajiban mereka untuk mendidik anak-anak mereka agar menjadi hamba Allah yang taat. Memilihkan pendidikan anak yang kondusif untuk perkembangan iman dan otaknya. Bukannya membiarkan anak-anak mereka begitu saja tanpa pengawasan terhadap bacaan yang mereka gemari, apa saja yang suka mereka saksikan dan aktivitas yang mereka gandrungi. Kelalaian dalam hal ini, berarti penyia-nyiaan terhadap amanat Allah.

Ingatlah akibat yang akan menimpa kita dan keluarga kita yang tersia-siakan pendidikan agamanya! Nerakalah balasan yang pantas bagi orang-orang yang melalaikan kewajibannya. Termasuk anak kita yang malang.!!!
Sesungguhnya neraka itu terlalu dalam dasarnya untuk diukur, tiada daya dan upaya bagi mereka untuk meloloskan diri dari siksanya. Kehinaan dan kerendahanlah yang selalu menghiasi roman muka mereka. Keadaan seperti ini tak akan kunjung putus, jika tidak ada sedikitpun iman dalam dada mereka. Alangkah besarnya kerugian mereka. Begitu banyak penderitaan yang harus mereka pikul. Inilah kerugian nyata dan hakiki, ketika orang tercampakkan ke dalam lubang neraka Jahanam.

Untuk menegaskan tentang kedahsyatan siksa neraka, kami kutip firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
“Setiap kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain supaya mereka merasakan adzab”. (An-Nisaa’: 56).
Dan juga sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang menunjukkan tentang siksaan neraka yang paling ringan, yaitu siksa yang ditimpakan atas Abu Thalib yang artinya:
Dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
“Penduduk neraka yang paling ringan adzabnya adalah Abu Thalib. Dia memakai 2 terompah dari api neraka (yang berakibat) otaknya mendidih karenanya”. (HR. Muttafaqun ‘Alaih).
Dengan penjelasan di atas, kita sudah sedikit banyak paham tentang tempat kembalinya orang yang mendurhakai Allah.
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُا اللهَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّخِيْمَ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمْ تَسْلِمًا. أَمَّا بَعْدُ:
Dari mimbar ini kami ingatkan kembali, marilah kita mulai dengan memberikan perhatian yang besar terhadap Tarbiyatul Aulad, yaitu proses pendidikan anak kita.
Al-Qur’an telah mengulas tentang sejarah seorang ayah yang mendidik anaknya untuk mengenal kebaikan. Itulah Luqman, yang dimuliakan Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan pencantuman perkataannya ketika mendidik keturunannya dalam Al-Qur’an. Secara luas itu termaktub dalam surat (QS. Luqman 12-19).

Dalam surat tersebut, Luqman memulai mengajari anaknya dengan penanaman kalimat tauhid yang hakikatnya memurnikan ibadah hanya untuk Allah saja, dilanjutkan dengan kewajiban berbakti dan taat kepada orang tua selama tidak menyalahi syariat. Wasiat berikutnya adalah berkaitan dengan penyemaian keyakinan tentang hari pembalasan, penjelasan kewajiban menegakkan shalat. Setelah itu amar ma’ruf dan nahi mungkar yang berperan sebagai faktor penting untuk memperbaiki umat, tak lupa beliau singgung, beserta sikap sabar dalam pelaksanaannya. Berikutnya beliau mengalihkan perhatiannya menuju adab-adab keseharian yang tinggi. Di antaranya larangan memalingkan wajah ketika berkomunikasi dengan orang lain, sebab ini berindikasi jelek, yaitu cerminan sikap takabur. Beliau juga melarang anaknya berjalan dengan congkak dan sewenang-wenang di muka bumi sebab Allah Ta'ala tidak menyukai orang-orang yang sombong. Beliau juga mengarahkan anaknya untuk berjalan dengan sedang tidak terlalu lambat ataupun terlalu cepat. Sedang nasehat yang terakhir berkaitan erat dengan perintah untuk merendahkan suara, tidak berlebih-lebihan dalam berbicara.

Demikianlah wasiat Luqman terhadap anaknya, yang sarat dengan mutiara yang sangat agung dan berfaedah bagi buah hatinya untuk meniti jalan kehidupan yang dipenuhi duri, agar bisa sampai ke akhirat dengan selamat.Cukuplah kiranya kisah tadi sebagai suri tauladan bagi para pemimpin keluarga. Memenuhi kebutuhan sandang dan pangan yang memang penting. Namun ingat, kebutuhan seorang anak terhadap ilmu dan pengetahuan lebih urgen (mendesak).

Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Orang tua wajib memenuhi kebutuhan ruhani sang anak, jangan sampai gersang dari pancaran ilmu dien. Perkara ini jauh lebih penting dari sekedar pemenuhan kebutuhan jasmani karena berhubungan erat dengan keselamatannya di dunia dan akhirat. Hal itu dapat terealisir dengan pendidikan yang berkesinambungan di dalam maupun di luar rumah. Masalahnya, model pendidikan yang ada saat ini hanya menelorkan generasi-generasi yang materialistis, gila dunia. Karena itu kita harus menengok dan menggali metode-metode pendidikan yang dipakai Salafus Shalih yang ternyata telah terbukti dengan membuahkan insan-insan yang cemerlang bagi umat ini.!
إِنَّ اللهَ وَمَلآَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُواْ صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Selamatkanlah Kaum Wanita
Rabu, 17 Maret 04
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia! Kaum muslimin para hamba Allah yang dirahmati Allah!
Pada masa modern ini, pembicaraan tentang wanita adalah termasuk pembicaraan yang telah menyita banyak waktu semua orang, dari kalangan intelektual maupun dari kalangan awam. Betapa tidak, kaum wanita dengan kelemahlembutannya dapat melakukan hal-hal spektakuler yang dapat mengguncangkan dunia. Dengan kelemahlembutannya itu ia dapat melahirkan tokoh-tokoh besar yang dapat membangun dunia. Namun dengan kelemah-lembutannya pulalah ia dapat menjadi penghancur dunia yang paling potensial.

Untuk mengetahui bagaimana semestinya posisi kaum wanita yang tepat maka kita perlu mengetahui bagaimana posisi kaum wanita di kalangan generasi terdahulu sebelum datangnya Islam.

Siapapun yang mencoba mempelajari kondisi kaum wanita sebelum Islam maka ia temukan hanyalah sekumpulan fakta yang tidak menggembirakan. Ia akan terheran-heran menyaksikan kondisi kaum wanita yang sangat berbeda antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, bahkan antara satu suku dengan suku yang lain. Di suatu bangsa ia melihat kaum wanita menjadi penguasa tertinggi, sementara pada bangsa yang lain mereka manjadi makhluq yang terhina dan dianggap aib bahkan dikubur hidup-hidup.

Allah berfirman tentang ratu Saba’:
“Sesungguhnya aku (burung hud-hud) mendapati seorang ratu yang menguasai mereka dan ia dianugrahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar” (An-Naml: 23).

Sementara di belahan bumi lain, Allah menceritakan sisi yang berlawanan dari itu:
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh.” (At-Takwir: 8-9).

Itulah kondisi kaum wanita di masa jahiliyah; ibarat barang yang terhina dalam keluarga dan masyarakat, diperbudak oleh kaum pria. Hari kelahirannya adalah hari di mana semua wajah menjadi kecewa, dan tidak lama kemudian ia akan dikubur hidup-hidup dalam kubangan tanah yang digali oleh ayahnya sendiri. Inilah akibat dari jauhnya akal masyarakat dari cahaya wahyu. Inilah gambaran umat yang dilahirkan oleh berhalaisme dan dididik oleh para tukang sihir dan peramal.
Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu berkata: “bila engkau ingin melihat bagaimana kejahilan bangsa Arab terdahulu maka bacalah firman Allah Ta’ala:
“Sungguh merugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa ilmu.” (Al-An’am: 140)

Fahamlah kita bagaimana kejahiliyahan menenggelamkan masyarakat Arab saat itu ke dalam pojok-pojok kegelapan peradaban, hingga akhirnya terbitlah fajar Islam lalu terdengarlah di penjuru dunia untuk pertama kalinya:
”Dan para laki-laki beriman dan wanita yang beriman itu adalah wali (penolong) antara sebagian mereka kepada sebagaian yang lain.” (At-Taubah: 17).
Lalu bergaunglah firmanNya:
“Dan para wanita itu mempunyai hak dan keseimbangan dengan kewajiban mereka secara ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228).

Dengan demikian Islam telah meletakkan dasar dan pondasi yang begitu kokoh untuk membangun pribadi wanita yang baru berdasarkan wahyu dari Dzat yang telah menciptakannya.
Dan pemuliaan Islam terhadap wanita tidak cukup sampai di sini, Islam bahkan telah menjadikan ibu sebagai orang yang lebih dihormati daripada seorang ayah.
قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَبُرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبَاكَ. (رواه البخاري ومسلم).
Seorang pria bertanya: “Wahai Rasulullah! Kepada siapakah aku berbakti?” Beliau menjawab: ”Ibumu” Ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” kemudian ia bertanya lagi: “lalu kepada siapa ? beliau menjawab: “Ibumu” kemudian ia bertanya lagi “lalu kepada siapa ?” barulah beliau berkata: “ayahmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kaum muslimin yang berbahagia!
Islam telah meletakkan jalinan yang kuat dan kokoh untuk menjaga kaum wanita. Bila mereka berpegang padanya mereka akan selamat, sebaliknya bila mereka menyia-nyiakannya maka mereka akan sesat dan binasa. Jalinan itu adalah sifat “Al-Hasymah” (bersikap malu) dan “Al-Afaf” (menjaga kesucian) yang kemudian memberikan konsekwensi agar seorang wanita mengenakan hijab syar’i, tetap berdiam di rumah, dan menghindari percampurbauran dengan kaum pria; yang semuanya itu menjadikannya ibarat sebuah permata bernilai tinggi di kedalaman lautan yang tidak di jamah kecuali orang yang berhak untuk itu.

Islam memandang bahwa percampurbauran antara pria dan wanita (ikhthilath) sebagai sebuah bahaya yang sangat nyata, oleh karena itu Islam mencegahnya dan menggantinya dengan mensyariatkan pernikahan.

Hadirin yang berbahagia!
Ketahuilah bahwa musuh-musuh Islam telah mengetahui bagaimana nilai hijab syar’i dalam melindungi seorang muslimah, mereka juga faham perintah untuk “tinggal di rumah saja” memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menjaga wanita muslimah, dalam menjaga kesucian dan kemuliaannya. Oleh karena itu, kita dapat melihat bagaimana mereka memerangi hijab muslimah tanpa ampun. Suatu waktu mereka menyebutnya sebagai sebuah kedzaliman dan kejahatan atas wanita., atau sebagai penghalang yang merintangi berkembangnya dunia ketiga, atau dikali lain mereka menyebutnya sebagai budaya Arab saja. Seiring dengan itu, mereka juga mendorong para wanita muslimah untuk keluar dari rumah-rumah yang telah melindungi mereka dengan alasan persamaan hak dan derajat antara pria dan wanita. Dan yang masih saja hangat sampai hari ini adalah sebuah ide sekuler yang berhasil ditanamkan oleh musuh-musuh Islam kedalam otak sebagian kaum muslimin; yaitu ide melakukan perombakan terhadap fiqh Islam yang katanya hanya berpihak pada kaum pria, sehingga lahirlah ide “Fiqh Perempuan”
Semua itu dilakukan oleh musuh-musuh Islam bukan karena mereka kasihan dan ingin menolong wanita muslimah atau karena cinta kepada kaum muslimin. Sekali-kali tidak, hal ini, karena kebencian yang terpendam dalam hati-hati mereka;
“Beginilah kalian, kalian mencintai mereka padahal mereka sama sekali tidak mencintai kalian.” (Ali-Imran:119)

Para hamba Allah yang saya cintai!.
Siapapun di dunia ini yang memiliki akal sehat akan dapat melihat permusuhan yang amat nyata dari kaum Yahudi dan Nashrani khususnya kepada umat Islam. Semuanya dapat melihat dengan jelas bagaimana mereka selalu menjadikan wanita muslimah sebagai sasaran mereka. Bukankah kaum Yahudi telah memancangkan permusuhannya terhadap hijab sejak mereka mengatur siasat untuk merobek hijab seorang muslimah dan menampakkan auratnya di pasar Bani Qainuqa’??!.Dan hingga kinipun, permusuhan itu tetap membara, sebab mereka mengetahui bahwa rusaknya kaum wanita pertanda rusaknya tatanan masyarakat.
Namun sangat disayangkan, entah berapa banyak dari kaum muslimin yang menyerahkan diri mereka kepada tipu-daya mereka. Entah berapa banyak dari kaum muslimin yang turut serta membantu mereka memerangi hijab syar’i ini. Mereka inilah para korban “brain washing” yang dilancarkan oleh kaum kafir dalam berbagai aspek kehidupan.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah!.
Sesungguhnya istri-istri kita, saudari-saudari kita, dan putri-putri kita adalah bunga-bunga yang menghiasi taman kehidupan kita. Mereka adalah belahan hati kita semua. Namun hampir-hampir saja kita tidak lagi dapat merasakan keindahan bunga itu karena ada sebuah tiupan angin kencang yang sebentar lagi akan merenggutnya. Apakah anda sekalian mengetahui angin kencang apakah itu?.Ia adalah angin westernisasi yang mengajak mereka melepaskan hijabnya, yang mendorong mereka untuk bercampur baur dengan kaum pria dan membisiki mereka agar membuang rasa malu mereka untuk bercampur-baur dengan kaum. Angin kencang ini ditiupkan melalui lembaran-lembaran surat kabar dan majalah, melalui roman-roman percintaan, melalui siaran-siaran televisi dan radio atau media-media informasi lainnya .
Mereka telah mendorong kaum wanita mengubur sendiri dirinya hidup-hidup;bukan di dalam tanah, tetapi di dalam sifat ‘iffah mereka yang telah hilang, kedalam kehormatan mereka yang tercabik-cabik, dan kedalam kesucian mereka yang telah ternoda! lalu apakah gunanya hidup mereka setelah itu?
Mereka telah melakukan perbuatan yang lebih keji dari apa yang pernah terjadi di masa Jahiliyah dulu. Bagaimana anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup dimasa itu akan mendapatkan Surga Allah, disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: اَلْمَوْؤُوْدَةُ فِي الْجَنَّةِ.
“Anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup itu di Surga.”

Namun di zaman ini, para wanita itulah yang mengubur dirinya sendiri hingga hilang rasa malu. Dan balasan untuk mereka pun begitu menakutkan, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda tentang wanita yang seperti ini:
وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا.
“Dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang yang melenggak lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk onta, mereka itu tidak akan masuk Surga dan tidak mendapatkan baunya.” (HR. Muslim).

Kaum muslimin para hamba Allah yang berbahagia!
Oleh karenanya, melalui mimbar Jum’at yang mulia ini kami menyerukan kepada para penanggung jawab kaum wanita, para bapak, para suami dan para saudara, renungkanlah

Melalui mimbar Jum’at ini pula, kami mengingatkan para pemudi Islam agar mereka tidak mendengarkan tipuan-tipuan musuh-musuh anda yang selalu menampakkan indahnya hidup bercampur baur dengan kaum pria atas nama kebebasan, kemajuan dan kemoderenan. Karena bagi mereka yang penting dari diri anda hanyalah kenikmatan dan kelezatan sesaat. Nasehat kami kepada Anda adalah bahwa kunci perbaikan itu ada di tangan Anda semua. Jika Anda ingin, Anda dapat memperbaiki diri sendiri. Dan kebaikan Anda juga berarti kebaikan bagi ummat ini.
“Dan tinggallah kalian (para wanita) di dalam rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian berhias seperti berhiasnya kaum jahiliyah pertama, dan tegakkanlah shalat, tuanaikanlah zakat, dan taatilah Allah beserta RasulNya.” (Al-Ahzab: 33).

Akhirnya, semoga wasiat ini dapat bermanfa’at dalam proses perbaikan terhadap ummat yang kian terpuruk ini. Semoga bagi kita sekalian dianugrahkan taufiq dan inayah untuk membangun kekuatan dan kejayaan ummat seperti sedia kala . Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

No comments:

Post a Comment